Sabtu, 06 Juni 2009

Anakku Surgaku

 

Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu” (QS. Taghabun :15)

Dalam kitab suci Al-Qur’an ada beberapa ayat yang berkaitan tentang kedudukan dan pentingnya anak. Ayat-ayat tersebut dapat memberikan kepada kita tentang gambaran bagaimana kita bersikap terhadap anak tersebut sesuai dengan pedoman Al-Qur’an. Diantara ayat-ayat yang berkaitan tentang anak adalah :

  1. Perhiasan dan kekayaan dunia

    “Harta kekayaan dan anak-anak adalah merupakan perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (QS. Al-Kahfi/18:46).

    Dalam ayat ini, anak disebut sebagai perhiasan dunia. Perhiasan dalam arti sesuatu yang sangat berharga sebagaimana mutiara, intan berlian dan sebagainya. Imam Al-Ghazali menyatakan :

“Anak adalah amanah pada kedua orangtuanya. hatinya yang suci adalah mutiara yang amat berharga, halus, kosong dari semua ukiran dan gambaran. Ia menerima semua yang dicondongkan kepadanya. Kalau anak itu membiasakan kebaikan dan mengetahui kebaikan, niscaya ia akan tumbuh diatas kebaikan. Ia berbahagia di dunia dan di akhirat. orang tuanya, semua guru dan pendidiknya, sama-sama berkongsi pada pahala anak itu”.

2. Buah hati (Qurrata ‘Ain)

   “Dan adalah mereka berkata : Ya Tuhan Kami, anugerahkan kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyenangkan hati  kami, dan jadikan kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al Furqan :25)

   Anak yang saleh, merupakan buah hati bagi kedua orangtua. Saleh dalam urusan dunia dapat menyenangkan hati di dunia, sedangkan saleh dalam urusan akhirat menjadi buah hati di akhirat kelak, malahan do’a seorang anak dapat menaikkan tingkatan surga bagi kedua orangtuanya sebagimana dinyatakan dalam sebuah hadist :

Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah bersabda :

“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat dan kedudukan hamba yang saleh di dalam surga, maka hamba itu bertanya : Ya Tuhanku, darimana aku mendapatkan kedudukan yang mulia ini…? Allah berfirman : engkau mendapatkan kedudukan ini disebabkan istighfar (doa meminta ampun) yang dilakukan oleh anakmu untukmua dahulu”. (Hadist riwayat Ahmad)

3. Pewaris Kepemimpinan

   Allah berfirman : “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata : “Dan bagaimana dengan anak dan keturunanku nani…? Allah berfirman : “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah/2 : 124)

   Seseorang yang berhasil mendidik anaknya dapat menjadikan anak sebagai pemimpin (khalifah). Prestasi kepemimpinan tersebut hanya dapat diraih jika si anak diajar, dididik, dan dilatih untuk memiliki syarat-syarat kepemimpinan seperti iman, ilmu, akhlak. Kepemimpinan tidak akan diberikan kepada anak yang ttidak memiliki syarat. Oleh sebab itu jika orang tua menginginkan anaknya dapat mewariskan kepemimpinan dunia, maka dia harus berikhtiar memberikan nilai-nilai kepemimpinan tersebut kepada anaknya sebagai generasi penerus.

4. Sebagai Ujian Kehidupan

   “Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Taghabun : 15)

   Oleh sebab itu, orang tua yang memiliki anak selalu didalam ujian kehidupan, yaitu apakah orang tua dapat lulus dalam mendidik anaknya sehingga dapat mewariskan kepemimpinan tersebut atau orang tua tersebut gagal dalam mendidik anaknya sehingga kepemimpinan di masa akan datang terlepas dari keturunannya.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya menyatakan :

“Jika orang tua membiasakan kejahatan dan mensia-siakan anaknya seperti mensia-siakan binatang ternak, niscaya anak itu akan celaka dan binasa. Dan dosa itu adalah pada leher orang yang mengurusnya dan walinya. Hal inilah sesuai dengna firman Allah :

“hai orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS. At Tahrim : 6)

5. Dapat menjadi musuh dalam menjalankan agama

   “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang”. (QS. At Taghabun : 14)

Jika orang tua tidak berhasil dalam proses mendidik anaknya, maka anak tersebut dapat menjadi musuh bagi orang tua tersebut, sebab kegagalan itu memberikan dampak dosa bagi orang tuanya di akhirat kelak, dan juga merupakan cela dan kehinaan baginya di dunia disebabkan oleh kejahatan yang dibuat anaknya dimasa mendatang. Tetapi jika orang tua dapat mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik, maka si anak akan menjadi penyejuk hati, menjadi penolong dan aset pahala di akhirat nanti.

6. Aset doa dan pahala

   “Maka dia (nabi Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu dan kemudian dia (Sulaiman a.s.) berdo’a : “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS. AnNaml/27 : 19)

   Jika orang tua berhasil dalam mendidik anaknya, maka anak akan tetap mengenang jasa orang tuanya dalam setiap kenikmatan yang dirasakannya sehingga dia tidak pernah lupa untuk mendoakan kedua orangtuanya tersebut. Malahan orang tua yang mendidik anak itu akan kembali berjumpa dengan anaknya di dalam surga kelak, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Quran.

  “Dan orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka tersebut dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (QS. At Thur : 21)

  Ibnu Abbas dalam tafsirnya menyatakan bahwa maksud dari ayat ini adalah: “Jika anak-anak orang yang beriman mati dalam keadaan iman, sedangkan kedudukan ayah mereka lebih tinggi dari kedudukan mereka, maka nanti di dalam surga anak-anak tersebut akan dikumpulkan dengna orang tua mereka, tanpa mengurangi sedikitpun pahala amalan mereka”.

Thabrani meriwayatkan sebuah hadist dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :

“Jika seseorang itu masuk kedalam surga, maka dia akan bertanya tentang kedua orangtuanya dan isterinya, dan anak-anaknya, maka Allah berkata keadanya : Mereka itu tidak mendapat kedudukan yang sama dengan kedudukanmu, maka orang itu akan berkata kepada Allah : Wahai Tuhanku, saya telah berbuat amal kebaikan itu bagi diriku dan juga untuk mereka, maka Allah memerintahkannya untuk menjumpai mereka”. (hadist riwayat Thabrani)

7. Melahirkan generasi penerus

  “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada orangtuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Ahqaf/46 : 15)

  Dalam surat Al Ahqaf ayat 19 juga terdapat doa yang hampir sama, hanya saja dalam surat Ahqaf diatas ada kata-kata “Wa aslih fi dzurriyati” yang bermakna :”Dan perbaikilah anak keturunanku”.

  Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa anak mempunyai kecenderungan mencontoh bagaimana orangtuanya mendidik dirinya diwaktu kecil dahulu, oleh sebab itu setiap orang tua harus dapat menjadi memberikan pendidikan yang baik dan itu dapat menjadi amal jariyah dalam mendidik. Sebaliknya jika orang tua salah dalam mendidik, maka itu juga dapat dicontoh oleh anak-anaknya sehingga akan menjadi dosa yang berkelanjutan.

  Demikianlah konsep Al Quran dalam masalah anak, semoga anak-anak kita dapat menjadi aset kebahagiaan dan kekayaan dunia dan akhirat.

Fa’tabiru Ya Ulil albab.

 

Oleh Ustad : M. Arifin Ismail MA.M.Phil

diedit oleh : Agus Wahyudi

 


Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar