Sabtu, 12 September 2009

Piala Ramadhan

 

“Sesungguhnya Kami turunkan Al Qur’an dimalam Lailatul Qadr.” (Q.S. Al Qadr : 1)

Jika sesorang sedang mengikuti sebuah pertandingan, maka dia akan selalu ingat kalau menang nanti pasti akan mendapat piala, sebagai bukti prestasi. Piala yang diraihnya merupakan bukti keunggulan prestasi dan kududukan dari peserta lomba.

Demikian pula dengan puasa Ramadhan, di akhir pertandingan, peserta Ramadhan akan mendapatkan piala sebagai bukti prestasi puasa yang dilakukannya. Oleh sebab itu, setiap mendengar bulan Ramadhan, pasti dalam pikiran kita teringat sebuah piala yang diperebutkan yaitu sebuah malam yang istimewa dikenal dengan malam Lailatul Qadar. Sebuah malam yang sangat istimewa, malam kemuliaan, malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam yang penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar, malam dimana turun malaikat dengan izin dari-Nya, dan juga merupakan malam diturunkannya kitab suci Al Qur’anul Karim dari Lauh Mahfudz di langit ketujuh kepada Baitul Izza di langit pertama. Untuk mengekalkan kemuliaan malam tersebut, Allah Ta’ala menerangkan tentang malam tersebut dalam kitab suci Al Qur’an :

”Sesungguhnya telah Kami turunkan Al Qur’an pada malam Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu apakah itu malam Lailatul Qadar...? Itulah malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Pada malam itu malaikat turun dengan izin Allah untuk mengatur segala urusan. Pada malam itu adalah malam yang penuh dengan kesejahteraan sampai kepada terbit fajar.” (Q.S. Al Qadar : 1-5)

Dalam ayat lain juga disebutkan :

”Ha...Mim, dan Kitab yang nyata. Sesungguhnya kami turunkan Al Qur’an pada malam yang penuh keberkatan.” (Q.S. Al Dukhan :1-3)

Ibnu Kastir dalam tafsirnya menyatakan bahwa kitab yang diturunkan itu adalah kitab suci Al Qur’an yang diturunkan pada malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izza di langit yang pertama.”

Dari petikan ayat tersebut dapat kita lihat bahwa malam Lailatul Qadar itu adalah suatu malam yang di dalamnya diturunkan kitab suci Al Qur’an secara keseluruhan. Kejadian ini terjadi hanya sekali, dan malam Lailatul Qadar yang terjadi setiap Ramadhan adalah merupakan hari peringatan yang memiliki keistimewaan luar biasa.

Malam Lailatul Qadar juga merupakan suatu malam di dalam-malam Ramadhan yang mempunyai keistimewaan sampai terbit fajar, dan nilainy alebih baik daripada seribu bulan.

Rasulullah bersabda :

”Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan dalam 10 malam terakhir. Malam dua puluh satu, duapuluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan dan malam yang terakhir.” (Hadist riwayat Ahmad).

Malam Lailatul Qadar itu mempunyai banyak keistimewaan yaitu :

  1. Malam diturunkannya kitab suci Al Qur’anul Karim.
  2. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan, sehingga menurut pendapat ulama nilai ibadah pada malam itu lebih baik dari pada seribu bulan.
  3. Pada malam itu malaikat Jibril turun untuk mengatur segala urusan.
  4. Malam yang pernuh kesejahteraan sampai terbit fajar.

Karena keistimewaan yang begitu hebat, maka setiap muslim diberi Allah kesempatan untuk berebut peluang menjadi milioner pahala, dengan berjagajaga pada sepuluh malam akhir bulan Ramadhan. Malam itu dapat diisi dengan amal ibadah kepada Allah baik itu shalat, membaca Al Qur’an, berdzikir dan berdo’a. Berdzikir dengan makna melihat diri kita di masa lalu, dan melihat sejauh mana kita telah melaksanakan perintah Allah, mengadakan muhasabah, kemudian berdo’a, dalam arti merancang diri untuk kehidupan tahun depan.

Oleh sebab itu Lailatul Qadar juga disebut dengan malam merancang masa depan, malam kita mengajukan proposal hidup kepada Tuhan, dan malam keputusan Tuhan atas do’a dan proposal kita. Jika do’a dan proposal kita ajukan diterima dengna baik, dan Tuhan menyetujuinya maka hidup kita akan lebih baik seperti nilai hidup seribu bulan. Oleh sebab itu Lailatul Qadar secara bahasa bermakna ”Malam Keputusan” sebab di malam itu Tuhan memutuskan segala perkara untuk tahun yang akan datang sebagaimana makna ayat :

”malam itu malaikat turun untuk mengatur segala urusan dengan izin Allah.” (Q.S. Al Qadar : 4)

Siti Aisyah pernah bertanya kepada nabi tentang do’a apa yang baik dibaca pada malam tersebut :

”wahai Rasulullah bagaimana jika aku mengetahui bahwa malam itu adalah malam Lailatul Qadar...?

Rasulullah SAW menjawab :

Bacalah do’a : Allahumma innaka afuwwunkariimun tuhibul afwa fa’fuanni. Ya Allah sesungguhnya Engkau ini Maha Pemberi Ma’af dan Maha Pemurah, senang untuk memberikan maaf, maka maafkanlah dan ampunkanlah dosa-dosaku.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan disahihkan oleh Tirmidzi).

Selain berdo’a, kita boleh mengisi malam Lailatul Qadar dengan ibadah lain, baik itu shalat-shalat sunat seperti shalat tahajjud, shalat tasbih, shalat hajat, dan juga dengan berdzikir membaca istighfar, astaghfirullahal adzim... memohon ampun atas segala dosa, membaca tasbih, subhanallah..., membaca tahmid, alhamdulillah..., dan lain sebagainya. Juga boleh diisi dengan membaca Al Qur’an secara tilawah, atau membaca Al Qur’an dengan taddabur yaitu membaca ayat dengan arti dan makna yang terkandung di dalamnya. Paling tidak kita melakukan I’tikaf, mengadakan muhasabah diri.

Hal yang sangat penting adalah jangan sampai malam Lailatul Qadar lewat didepan kita tanpa kita melakukan apa-apa, ini sama dengan seseorang yang mendapat peluang menjadi milioner, tetapi dia tidak mau mngambil hadiah tersebut, maka orang ini adalah orang yang sangat rugi.

Agar malam Lailatul Qadar itu tidak terlewat begiru saja, maka sudah sepatutnya kita berjaga-jaga sejak dari malam 21 sampai akhir Ramadhan. Rasulullah sendiri selalu berjaga-jaga dalam sepuluh malam terakhir Ramadhan. Dalam sebuah hadist juga disebutkan :”Ketika telah masuk malam 10 Ramadhan terakhir, maka nabi Muhammad SAW menghidupkan malam tersebut dengan membangunkan keluarganya serta mengencangkan sarungnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

”Rasulullah membangunkan keluarganya dan menyisingkan sarungnya.” (HR. Tarmidzi dan Ali bin Abi Thalib).

Yang dimaksud dengan menyisingkan sarungnya adalah Rasulullah SAW selama 10 malam terakhir tersebut sibuk beribadah, sehinggan beliau tidak menggauli isterinya, walau malam hari. Berarti selama sepuluh malam tersebut, baik nabi maupun isterinya semua sibuk beribadah kepada Allah.

Dari keterangna diatas dapat juga kita ambil pelajaran bahwa pada sepuluh malam terakhir, baik itu suami, isteri, anak-anak, sepatutnya disibukkan dengan ibadah seperti shalat, zikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya. Jangan sampai terjadi seperti budaya sekarang ini, dimana pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, apalagi malam-malam akhir Ramadhan, suami isteri dan anak-anak bukan diajak beribadah, tetapi diajak shooping untuk membeli keperluan hari raya. Lailatul Qadar telah datang menjelang, siapa yang cepat dan taqwa, dia yang akan dapat...

Mari berpacu merebut piala Lailatul Qadar, yang bernilai lebih baik dari pada seribu bulan. Sekaligus mendapatkan surat keputusan hidup untuk satu tahun mendatang, sehingga hidup kita lebih baik dan belum tentu kesempatan ini kita dapatkan di tahun mendatang karena kita tidak tahu apakah nanti kita sampai di Ramadhan yang akan datang.

Fastabiqul Khairaat...

Oleh : M. Arifin Ismail MA.M.Phil.

facebook Tags: Share on Facebook

Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar