Selasa, 01 September 2009

Shiddiq dan Iman

 

Oleh M. Arifin Ismail. MA.M.Phil

“(orang bertaqwa) adalah mereka yang beriman kepada yang ghaib” (QS : Al Baqarah)

Iman Ahmad meriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Setelah berlalu malam hari dimana aku melakukan perjalanan Isra’, dan aku kembali ke Mekkah, aku merasa perkara ini sangant berat dan aku tahu masyarakat akan mendustakanku”.

Maka Abu Jahal datang bertanya disisiku : Hai Muhammad, apa ada berita baru?

Nabi menjawab : Benar

Abu Jahal bertanya : Apa itu?

Nabi menjawab : Aku telah dibawa berjalan oleh Tuhanku malam tadi.

Abu Jahal bertanya : kemana?

Nabi menjawab : ke Baitul Maqdis

Abu Jahal berkata lagi : Dan sekarang pagi-pagi ini engkau sudah sampai ke hadapan kami lagi?

Nabi menjawab : Benar

Abu Jahal berkata : Bagaimana jika aku panggil orang ramai, apakah engakau akan menceritakan kepada mereka sebagaimana engkau ceritakan kepadaku...?

Nabi menjawab : Boleh.

Abu Jahal segera pergi memanggil orang ramai : Wahai kaum Bani Luai (Quraisy?, berkumpul di hadapan Nabi. Abu Jahal berkata : Hai Muhammad, katakanlah kepadaku sebagaiman yang engkau katakan kepadaku tadi?

Nabi berkata : Aku telah dibawa Tuhanku berjalan tadi malam.

Orang ramai berkata : Kemana..?

Nabi berkata : ke Baitul Maqdis.

Orang ramai bertanya lagi : Dan sekarang engkau ada bersama disini....?

Muhammad berkata : Benar

Orang ramai berkata : bisakah engkau gambarkan kepada kami tentang Baitul Maqdis?

Nabi kemudian menceritakan tentang Baitul Maqdis, dimana secara tiba-tiba Allah nampakkan Baitul Maqdis dihadapan nabi sehingga beliau dapat menceritakan tentang Baitul Maqdis secara jelas.

Orang ramai berkata : semua yang diceritakan itu benar. Sebagian mereka mendatangi tempat Abubakar dan berata kepadanya : Wahai Abu Bakar, kawanmu menceritakan bahwa dia telah berjalan pada malam hari ke Baitul Maqdis dan sekarang dia telah kembali lagi kesini.

Abu Bakar bertanya : Apakah kamu mendustakannya..?

Orang ramai berkata : Sekarang dia ada di Masjidil Haram memberitakan hal itu kepada orang ramai.

Abu Bakar menjawab : Demi Allah, sekiranya dia berkata demikian, maka benarlah apa yang disampaikannya. Mengapa kamu terkejut denga apa yang diberitakannya? Demi Allah, selama ini dia telah memberitakan wahyu yang turun dari langit dan aku terus membenarkannya. Ini lebih menakjubkan daripada berita perjalanan ke Baitul Maqdis.

Abu Bakar segera ke masjid menjumpai nabi Muhammad dan bertanya kepada beliau : wahai Muhammad, apakah kamu memberitakan bahwa kamu berjalan ke Masjidil Aqsa di malam hari..?

Nabi menjawab : benar

Abu Bakar berkata : Ceritakannlah tentang Baitul Maqdis itu, sebab aku telah  pernah melihatnya.

Rasulullah SAW segera menceritakan kembali gambaran Baitul Maqdis, dan setiap selesai satu gambaran cerita, maka Abu Bakar berkata : benar engkau wahai Muhammad, sehingga nabi Muhammad selesai menceritakan seluruhnya.

Akhirnya nabi Muhammad berkata : Dan engkau wahai Abu Bakar adalah as Shiddiq. Orang yang membenarkan. Sejak itulah nama Abu Bakar menjadi Abu Bakar as Shiddiq.

Dari sikap Abu Bakar diatas dapat dilihat bahwa sikap seorang muslim adalah percaya sepenuhnya dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah, terutama kepada hal-hal yang bersifat ghaib. Oleh sebab ujian keimanan seseorang itu adalah ”percaya dan iman kepada yang ghaib”, sebagaimana dinyatakan dalam awal surat al Baqarah : ”Inilah kitab (Al Quran) tidak ada keraguan di dalamnya, dan dapat menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Yaitu orang yang percaya kepada yang ghaib dan mendirikan sholat, dan memberikan sebagian rezekinya kepada orang lain”.

Dalam ayat ini sikap agama yang pertama adalah kepercayaan kepada yang ghaib, kepada sesuatu yang tidak nampak oleh panca indra. Iman kepada Allah sebagai Tuhan pencipta alam., iman kepada hari akhirat, iman kepada adanya surga dan neraka, itu semua merupakan perkara yang ghaib.

Seorang muslim wajib percaya bahwa semua yang diceritakan tentang keadaan mendatang seperti kematian, kehidupan setelah kematian (alam Barzah), siksa kubur bagi mereka yag berdosa, kenikmatan kubur bagi orang yang beriman, itu semua pasti akan terjadi, walau tidak dapat disaksikan oleh mata manusia.

Sains hanya membuktikan bahwa alam ini akan hancur baik dengan teori BigBang. Teori BigBang mengatakan bahwa alam ini awalnya adalah satu, kemudian terjadi dentuman yang dahsyat sehingga terjadilah bintan-bintang dan planet dengna kehidupan masing-masing. Planet dan bintang tersebut terus berotasi dengan wawasan masing-masing, tetapi secara eseluruhan semua bintang dan planet itu terus berkembang seperti mengembangnya balon yang sedang ditiup, sehingga nanti pada suatu saat karena begitu lebarnya perkembangan ala yang berisi bintang dan planet, melemahkan gaya gravitasi bumi, dan menyebabkan sesama planet akan saling berbenturan sehinggan hancurlah sistem jagad raya ini.

Teori BigBang ini sebenarnya telah dinyatakan dalam Al Quran :

Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya”. (QS. Al Anbiya : 30)

”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing dari keduanya itu beredar pada garis edarnya masing-masing ”. (QS. Al Anbiya : 33)

”Maka pada hari itu terjadi kiamat dan langit terbelah, maka langitpun pada hari itu menjadi lemah.” (QS. Alhaqqah : 16)

”Apabila terbelah langit, dia (terbelahnya langit itu) karena patuh kepada Tuhannya. Dan apabila bumi diratakan dan melemparkan apa yang ada di dalamnya sehingga perut bumi menjadi kosong, sebab ia patuh kepada Tuhannya.” (QS. Insyiqaq : 1-5)

Tetapi sains tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi setelah kiamat. Setelah kehancuran bumi, sebagaimana sains tidak dapat mengetahui apa yang terjadi setelah kematian, dan bagaimana kehidupan di alam barzah sampai kiamat. Ini semuanya adalah berita ghaib tentang kehidupan yang akan datang dan hanya dapat diketahui dengan nash Al Quran dan hadist yang disampaikan Rasulullah SAW.

Sains tidak dapat mengetahui bagaimana manusia akan dibangkitkan dari kuburannya, kemudian berdiri menghadap Tuhan di padang mahsyar. Berita ini semua hanya dapat kita ketahui daripada wahyu ynag disampaikan oleh utusan Tuhan.

Kejadian di alam Barzah, dimana roh dan jasad alam Barzah akan mendapat siksa atau nikmat kubur tidak dapat diketahui oleh sains, tetapi dapat diyakini dan diketahui hanya dengan wahyu Al Quran atau hadist. Hal ini tidak dapat juga digambarkan dengan khayalan atau reka-reka, seperti dalam salah satu pelatihan motivasi ditayangkan gambaran mayat yang menggelepar di alam kubur. Bagaimana dia mengetahui mayat itu akan menggelepar di alam kubur, mana hadist dan ayatnya, sebab alam kubur adalah alam ghaib yang tidak bisa direka-reka, sebab semua cerita alam kubur hanya dapat diketahui dengan wahyu berdasarkan nash Al Quran dan hadist. Tidak ada ruang ijtihad bagi alam ghaib, sebab alam ghaib dalam akidah disebut dengan sam’iyat yaitu sesuatu yang hanya diketahui dengan mendengar dari wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Oleh sebab itu keyakinan muslim terhadap apa yang disampaikan Nabi tentang alam ghaib, tentang Allah SWT, tentang hari kiamat, tentang azab neraka, tentang nikmat surga, itu semuanya harus diyakini sama seperti seseorang itu meyakini sesuatu yang nampak di hadapan mereka.

Keyakinan atas kebenaran sesuatu yang ghaib inilah merupakan ujian keimanan seorang muslim. Percaya sepenuhnya dengan apa yang disampaikan tentang alam ghaib, tanpa direka-reka, merupakan bagian daripada akidah Islamiyah. Itulah sebabnya surah Al Baqarah menyatakan bahwa orang yang bertaqwa adalah mereka yang percaya kepada yang ghaib. Tetapi kepercayaan kepada yang ghaib tersebut harus berdasarkan kepada wahyu yang disampaikan dari Allah SWT kepada RasulNya bukan berdasarkan ilusi, khayalan atau mimpi, sebab tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali hanya Allah SWT pencipta alam semesta, apalagi yang direka-reka oleh teknologi multi media.

Fa’tabiru ya Ulil Albab

facebook Tags: Share on Facebook

Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar