Selasa, 03 Maret 2009

Mengakui Kelebihan Kelompok Lain

 

“Hai orang yang beriman, jangan kamu mengolok-olok kaum yang lain” (QS Al-Hujurat : 11)

Akhir-akhir ini dalam masyarakat muslim terdapat banyak kelompok pengajian, oleh sebab itu antar jamaah harus dibangun sikap saling menghormati jamaah yang lain. Dalam Al-Quran telah ditekankan agar sesama orang yang beriman tidak boleh saling menghina dan mengolok-olok, sebab hal itu akan menimbulkan pertengkaran. Nabi Muhammad SAW juga sangat melarang sahabat beliau mengejek kelompok lain. Sejarah mencatat bahwa dalam kalangan sahabat nabi ada beberapa kelompok, seperti  kelompok muhajirin yaitu sahabat yang berasal dari kota Mekkah berhijrah ke Madinah. Kelompok Anshar yaitu sahabat nabi penduduk Madinah yang menolong nabi Muhammad SAW, dan kelompok Bani Hashim, yaitu kelompok yang berasal dari keluarga dan keturunan yang sama dengan Rasulullah SAW.

Dalam sebuah riwayat dari Thabrani yang diceritakan Kaab bin Ajrah berkata bahwa :

Pada suatu hari kami para sahabat duduk-duduk di hadapan Rasulullah SAW di dalam masjid. Waktu itu kami terdiri dari beberapa kelompok, ada yang dari Muhajirin, Anshar dan juga ada yang dari Bani Hasyim. Para sahabat sedang bertengkar mengenai siapakah diantara kami atau golongan manakah yang lebih utama dan lebih dikasihi oleh Rasulullah.

Orang-orang Anshar berkata : Kami lebih utama di sisi Rasulullah. Kami beriman dengan beliau, mengikuti beliau dan berjuang bersama-sama dengan beliau, dan kami adalah pejuang yang selalu siap dan sedia berperang menghadapi musuh-musuh beliau. Oleh karena itu kami adalah kelompok yang paling utama dan dikasihi oleh beliau.

Sahabat-sahabat dari Muhajirin berkata : Kami telah berhijrah bersama-sama dengan Rasulullah SAW. Kami telah meninggalkan ahli keluarga kami, harta benda kami dan kami telah berada di semua tempat dimana kamu semua berada dan kami telah menyertai semua peperangan yang telah kamu ikuti. Oleh sebab itu kami adalah lebih utama di sisi Rasulullah SAW.

Kelompok Bani Hasyim berkata : Kami adalah ahli keluarga Muhammad SAW, kami telah berada di semua tempat dimana kamu semua berada, dan kami telah menyertai semua peperangan yang kamu semua ikuti, maka oleh sebab itu kami adalah kelompok yang lebih utama dan dikasihi oleh Rasulullah SAW.

Dari pernyataan tiga kelompok tersebut terlihat mereka semua merasa paling hebat dengan argumentasi masing-masing. Dan tak lama kemudian Rasulullah muncul dan berkata : “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa kamu telah berkata mengenai sesuatu”. Sekarang kata Rasulullah aku akan memberitahumu apa pendapatku terhadap kamu semua. Nabi berkata : Sesungguhnya kamu wahai orang Anshar, kamu semua adalah saudara-saudaraku”. Maka kelompok Anshar berkata : Allah Maha Besar, demi Tuhan Ka’bah kami telah menang dari kamu semua”.

Kemudian Nabi berkata kepada kelompok Muhajirin : “Adapun kamu wahai kelompok Muhajrin, maka aku adalah dari kalangan kamu semua”. Mendengar pernyataan Rasulullah tersebut maka kelompok Muhajirin merasa gembira dan berteriak : Allah Maha Besar, demi Tuhan Ka’bah kami telah menang dari kamu semua”.

Akhirnya Rasulullah berkata kepada kelompok Bani Hasyim : “Adapun kamu semua adalah kalangan aku dan aku bertanggung jawab atas kamu”. Maka kelompok Bani Hasyim langsung berteriak : Allah Maha Besar, demi Tuhan Ka’bah kami telah menang dari kamu semua”.

Dari kisah diatas maka setiap orang harus mengakui kelebihan kelompok masing-masing, sebagaimana terlihat dari pernyataan Rasulullah, dimana Rasulullah mengakui keutamaan kelompok Anshar, beliau juga mengakui keutamaan kelompok Muhajirin dan juga kelompok Bani Hasyim. Semua kelompok mempunyai kelebihan dari kelompok yang lain, kelebihan itu yang diakui oleh Rasulullah dan juga harus diakui oleh kelompok lain walau sekecil apapun kelebihan itu. Dalam sebuah hadist Rasulullah pernah bersabda :

“ Janganlah kamu menghina suatu kebaikan walau sekecil apapun kebaikan tersebut”.

Mengapa demikian ..? sebab dengan tidak mengakui kelebihan kelompok lain, atau menghina kebaikan dari yang lain walau sekecil apapun dapat menjadi benih pertengkaran dan perpecahan.

Perasaan merasa hebat sendiri dan menghina yang lain adalah benih dari pertengkaran yang harus dihindari. dalam sebuah hadist diriwayatkan oleh Thabrani disebutkan bahwa :

“Tinggalkan pertengkaran sebab dengan pertengkaran itu tidak akan ada hikmahnya dan tidak akan aman dari fitnah (bencana bagi umat)”.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tarmidzi dan Ibnu Majah disebutkan : “Siapa meninggalkan pertengkaran dan dia dalam pihak yang benar, niscaya akan dibangunkan bagi dirinya sebuah rumah di dalam syurga yang tertinggi, dan siapa yang meninggalkan pertengkaran dan dia dalam pihak yang salah, maka juga akan didirikan baginya suatu rumah di tengah-tengah syurga”.

Dari hadist diatas dapat dilihat bahwa meninggalkan pertengkaran walaupun kita dalam pihak yang benar lebih utama dan mendapat ganjaran rumah di syurga yang tertinggi, demikian juga meninggalkan pertengkaran walaupun kita dalam pihak yang salah juga mendapat pahala, karena keutamaan meninggalkan sikap bertengkar dan merasa hebat. Oleh sebab itu Bilal bin Sa’ad berkata : “Apabila engkau melihat seseorang yang berikap keras kepala, suka bertengkar dan membanggakan pendapatnya, maka sudah sempurnalah kerugiannya”.

Dalam diri umat Islam hari ini banyak kelompok-kelompok. Adapun kelompok mazhab fikih seperti mazhab Syafi’i, Hambali, Maliki, Wahabi, Dhahiri dan lain sebagainya, juga ada kelompok organisasi sosial seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al Washiyah dan lain sebagainya. Ada lagi kelompok partai politik seperti PPP, PBB, PKS, PBR, PKNU, PMB dan lain sebagainya. Juga ada kelompok harakah dan gerakan seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Salafi, Jamaah Tabligh dan lain sebagainya. Semuanya adalah kelompok orang yang beriman, bukan kelompok sesat dan setiap kelompok pasti mempunyai kelebihan dan keistimewaan dari kelompok yang lain. Oleh sebab itu yang perlu menjadi perhatian kita jangan sampai antar kelompok akan merasa hebat dari kelompok yang lain, membangga-banggakan diri dan jasa, dengan mengecilkan jasa kelompok yang lain tetapi sebaiknya setiap kelompok mengakui kelebihan kelompok yang lain.

Semoga kita dapat belajar dari akhlak Rasulullah dengan mengakui kelebihan dari setiap kelompok.

Fa’tabiru ya Ulil albab.

Sumber : M. Arifin Ismail. MA.M.Phil yang telah diedit oleh penulis.


Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar