Kamis, 11 Juni 2009

Amanah dan Tanggung Jawab

 

“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin…, apakah dia telah menjaga kepemimpinannya atau menyia-nyiakannya.” (HR. Ibnu Hibban)

Menurut hadist dari Ibnu Asakir dari Salim bin Abdullah bin Umar menyatakan bahwa tatkala Khalifah Abubakar Siddiq hampir menemui ajalnya, maka beliau memberikan wasiat :

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang… Ini adalah sumpah dari Abubakar di saat-saat terakhir dari kehidupan dunia dan disaat awal dari kehidupan akhirat (sebelum kematian datang) dimana seorang yang kafir dapat berubah menjadi seorang beriman, seorang yang jahat dapat berubah menjadi orang yang bertaqwa, dan seorang yang berdusta dapat berubah menjadi orang yang berkata benar. Sesungguhnya aku melantik Umar bin Khttab sebagai khalifah penggantiku, maka sekiranya beliau melakukan keadilan, maka itu sebagaimana yang aku harapkan, dan sekiranya dia melakukan kejahatan maka ia akan bertanggungjawab ke atasnya. Aku hanya inginkan kebaikan sebagaimana yang aku harapkan darinya dan aku tidak mengetahui yang ghaib”.

Kemudian Abu Bakar memanggil Umar bin Khattab dan berkata :

“Wahai Umar, orang yang marah akan menunjukkan kemarahannya kepadamu dan orang yang kasih kepadamu akan mengasihimu. Ketahuilah bahwa telah menjadi suatu kebiasaan sejak lama dimana kebaikan akan ditentang dan kejahatan akan disukai”.

Mendengar ucapan demikian, Umar menjawab : “Kalau demikian, aku tidak berhasrat dengan jabatan khalifah tersebut”.

Abu Bakar langsung berkata : “Tetapi jabatan khalifah tersebut memerlukan kamu. Sesungguhnya kamu telah melihat Rasulullah SAW melaksanakan amanah dan tanggung jawab kekhalifahan, dan kamu telah mendampingi beliau. Kamu telah melihat bagaimana Rasulullah lebih diutamakan dari diri kami sendiri, sehingga kami akan menyerahkan kepada ahli keluarganya sebagian dari hadiah yang beliau berikan kepada kami. Dan kamu telah mendampingiku dalam menjalankan khalifah ini. Sesungguhnya aku hanya mengikuti orang sebelumku (Rasulullah). Demi Allah, aku tidak berkata kepadamu mengenai suatu mimpi, tidak juga suatu igauan, dan sesungguhnya aku tidak berada di atas jalan yang sesat. Ketahuilah wahai Umar, sesungguhnya terdapat kewajiban kita kepada Allah (berupa amanah yang harus kita laksanakan langsung), dimana Dia tidak menerimanya jika hal tersebut di waktu siang dan juga ada tugas dan kewajiban di waktu siang dimana Dia tidak akan menerimanya di waktu malam”.

Abu Bakar melanjutkan : “Dan ingatlah bahwa mizan (timbangan amal di hari akhirat nanti) akan berat pada padang mahsyar nanti jika kita benar-benar mengikuti cara mereka yang terdahulu (Rasulullah), dan menjadi kewajiban kepada mizan untuk menjadi berat jika di dalamnya terdapat perbuatan yang benar (hak). Dan sesungguhnya aku takut jika mizan itu nanti menjadi ringan lantaran mereka (penguasa) mengikuti cara-cara yang salah (batil), dan menjadi kewajiban atas mizan untuk menjadi ringan jika di dalam mizan itu terdapat perkara yang batil. Orang yang pertama aku peringatkan adalah dirimu dan aku memperingatkan dirimu agar menjauhi diri dari manusia yang memandang kepada kebendaan yang memuaskan hawa nafsu dimana mereka mempunyai pilihan untuk mengelakkan diri tergelincir kedalam hawa nafsu tersebut. Hendaklah kamu memelihara dirimu dari tergelincir lantaran mereka akan tetap takut kepadamu selagi kamu takut kepada Allah. Inilah wasiatku dan aku ucapkan selamat kepadamu”.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani, dari AlGhar bin Malik menyatakan bahwa tatkala Abu Bakar ingin melantik Umar bin Khattab sebagai khalifah, maka beliau mengirim utusan memanggil Umar dan berkata kepadanya :

“Wahai Umar, aku mengajak kamu kepada suatu tanggung jawab yang meletihkan orang yang memegangnya. Maka takutlah kepada Allah dengan mentaati perintahNya dan dengan bertaqwa kepadaNya, karena sesungguhnya taqwa itu adalah pelindung dari segala dosa. Sesungguhnya jabatan dan tanggung jawab ini hanya dapat di pegang oleh mereka yang melaksanakan tanggung jawab. Siapa saja yang menyuruh melakukan kebaikan tetapi ia sendiri melakukan kejahatan, dan siapa saja yang menyuruh melakukan hal yang makruf tetapi dia sendiri melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, maka dia akan kehilangan ganjaran dan segala amalnya akan dibatalkan. Maka sekiranya engkau mengurus urusan rakyat maka hendaklah kamu berusaha mengelak dari sesuatu yang dapat menumpahkan darah, dan kamu harus menjauhkan perut kamu dari tamak kepada harta benda mereka. Begitu juga hendaklah menjaga lidah daripada menghina kehormatan rakyat, dan lakukanlah tanggung jawab tersebut, dan tiada kekuatan melainkan pertolongan daripada Allah”.

Demikianlah beberapa wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada Umar bin Khattab sewaktu Umar dilantik menjadi khalifah, sehingga sejarah telah membuktikan bagaimana Umar dapat menjalankan tugas dengan sebenar-benarnya.

Sejarah membuktikan bagaimana Umar bin Khattab selalu berjalan di tengah malam hanya untuk melihat apakah di sudut-sudut wilayah kekuasaannya ada orang yang masih menderita, sehingga suatu malam dia mendengar rintihan sebuah keluarga yang miskin tidak mempunyai apa-apa, maka dengan segera dia membawa sendiri karung gandum untuk menolong rakyatnya tersebut.

Umar juga berusaha untuk melaksanakan keadilan sehingga sejarah mencatat sewaktu Umar bin Khattab berjalan bersama pembantunya dengan mengendarai seekor unta menuju palestina untuk mengambik kunci Baitul Maqdis, maka beliau membagi waktu yang adil dengan pembantunya dalam menaiki kendaraan. Jika Khalifah diatas, maka pembantu berjalan mengiringi Khalifah, dan jika pembantu diatas unta, maka Khalifah berjalan mengiringi pembantunya. Sehingga sewaktu mereka tiba di Baitul Maqdis, para penjemput khalifah tidak mengetahui yang mana Khalifah sebenarnya, sebab pada waktu itu Khalifah Umar berjalan kaki mengiringi unta Khalifah yang sedang ditunggangi pembantunya. Penjemput Khalifah Umar juga tidak dapat membedakan mereka sebab pakaian Khalifah sama dengan pakaian pembantunya.

Umar melakukan hal demikian sebab dia tidak ingin mendzalimi pembantunya dan juga tidak ingin mendzalimi untanya. Sedangkan zuhudnya Umar telah terbukti pada waktu kekhalifahan Islam terbuka ditangannya dengan penaklukan seluruh semenanjung Arab dan berlimpahnya harta kekayaan Negara, tetapi Umar tetap hidup dengan sederhana, sehingga sejarah menyatakan bahwa khalifah Umar setiap kali makan, beliau hanya makan roti keras dengan minyak samin, dan hanya memakan delapan kali suap.

Begitu takutnya Umar bin Khattab dengna amanah yang di pegang sehingga beliau pernah berkata :

“Seandainya ada seekor unta yang masuk ke suatu lobang di tengah kota Baghdad, maka aku akan bertanggung jawab dan akan ditanya oleh Allah Ta’ala pada hari kiamat nanti”.

Bayangkan, Khalifah Umar bin Khattab mengurus pemerintahannya dari kota Madinah, tetapi kekhalifahannya sampai ke kota Baghdad, dan dia merasa jika ada seekor unta yang terperosok ke dalam lobang di jalan-jalan kota Baghdad, maka nanti walaupun dia berada di Madinah, Allah juga akan mempertanyakan tugasnya dan menghukum keteledorannya karena tidak mengetahui adanya lobang di kota baghdad yang telah mencederakan seekor unta.

Begitulah keadaan seorang muslim yang merasa bertanggung jawab atas segala amanah yang diterimanya dengan menduduki jabatan Khalifah. Bagaimana dengan muslim hari ini, yang menang dalam pemilihan umum dan menduduki jabatan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat…?

Jika Umar yang telah dijamin surga masih takut ditanya Allah tentang unta yang masuk ke lobang, bagaimana pertanyaan Allah kepada wakil rakyat yang mengaku mewakili rakyat…?

Selamat memasuki dewan dan bersiap-siaplah ditanya oleh Allah di hari kemudian kelak.

 

Fa’tabiru ya Ulil Albab

 

Sumber : M. Arifin Ismail. MA.M.Phil

diedit oleh : Agus Wahyudi


Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar