Sabtu, 26 September 2009

Cinta Agama dan Pengorbanan

 

Bagi seorang muslim, agama merupakan satu-satunya jalan menuju kebahagiaan di dunia akhirat. Oleh sebab itu seseorang wajib mencintai agamanya lebih daripada cintanya kepada yang lain, sebagaimana dijelaskan Allah Ta’ala dalam firmanNya :

“Katakanlah (hai Muhammad) : Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargammu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir akan kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang fasiq.” (QS. Taubah 9 : 24)

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwasanya jika seseorang itu lebih mencintai dirinya, lebih mencintai anak-anaknya, lebih mencintai harta kekayaannya sehingga menghalangi dia untuk membelanjakan harta terebut di jalan Allah, maka orang itu termasuk orang yang fasiq, dan mereka akan mendapat azab dari Allah SWT.


Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika umat Islam belum berani berkorban demi kepentingan agama, jika umat Islam masih lebih cinta kepada kehidupan dunia daripada mengorbankan hartanya untuk kepentingan dakwah dan perjuangan, maka umat Islam pasti tetap kalah, dan tetap dalam keadaan susah dan menderita, karena umat Islam tetap dikuasai oleh musuh-musuhnya dalam segala bidang kehidupan. ini merupakan sunatullah, hukum Allah dalam kehidupan.

Jika umat Islam masih lebih banyak menikmati kekayaan yang Allah berikan daripada memberikan harta tersebut di jalan Allah, maka umat Islam tidak akan mencapai kemenangan. Inilah yang terjadi pada hari ini, dimana orang kaya muslim lebih suka membeli saham hotel daripada membantu perjuangan mujahidin Palestina, membantu orang miskin dengna memberikan modal usaha, membantu sekolah dan perguruan tinggi, mendirikan perpustakaan dan laboratorium riset. Maka jangan diharap umat Islam akan mencapai kemenangan.

Berani berkorban dengan memberikan segala yang dimiliki untuk memperjuangkan agama Allah, untuk kepentingan umat merupakan syarat utama dalam perjuangan dan merupakan bukti keimanan kepada Allah SWT. Inilah yang dinyatakan dalam surat Al Kautsar :

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat kepada Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar : 1-3)

Ayat ini menegaskan bahwa musuh akan hancur, kebatilan akan sirna, jika umat Islam sudah berani berkorban atas segala yang dimilikinya. jika umat Islam masih sayang dengan apa yang dimilikinya, masih lebih mementingkan membuat rumah yang besar dan mewah daripada membuat sekolah, perpustakaan, madrasah maka musuh umat Islam tidak pernah dapat dikalahkan ileh umat Islam. Ini sebagai pendidikan kepada kita bahwa suatu kebenaran harus diperjuangkan memerlukan kepada pengorbanan. Jika engkau belum berani berkorban, maka musuhmu tidak akan pernah kalah.

Sewaktu hijrah Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya sebanyak 5000 dirham untuk dipergunakan dalam perjuangan bersama Rasulullah. Utsman bin Affan berani berkorban 1000 dinar untuk suatu perang, juga memberikan 1000 ekor binatang tunggangan dan 50 kuda untuk perang Tabuk, dan dalam perang yang lain Utsman menyumbang sebanyak 950 ekor unta dan 30 ekor kuda. Abdurrahman bin Auf pernah berkorban sebanyak 4000 dirham, 500 kuda, dan 1500 unta untuk suatu peperangan.

Sikap berkorban inilah yang menjadikan umat Islam selalu mencapai kemenangan di masa Rasulullah dan sahabat. Demikian juga sikap pengorbanan dari umat Islam yang begitu hebat dengan membangun rumah sakit wakaf, perpustakaan wakaf, universitas wakaf, pusat riset wakaf, rumah anak yatim wakaf, jalan-jalan wakaf, dana beasiswa untuk mahasiswa, penulis, ulama, dan segala keperluan pendidikan dan riset yang begitu besar sehingga pada masa lalu umat Islam mencapai masa keemasan dalam budaya, teknologi, ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan seperti di Baghdad dan Andalusia.

Keislaman Abu Bakar merupakan kekuatan perjalanan Islam selanjutnya sebab beliau adalah sahabat yang paling banyak membantu perjuangan Islam, baik dari pikiran, tindakan, harta kekayaan sampai kepada pengorbanan jiwa. Pada waktu umat Islam ditindas, sebagaimana kisah Bilal bin Rabbah yang dianiaya dan dijemur di tengah terik matahari oleh Umayah, maka Abu Bakar segera datang menjumpai Umayyah : “Umayyah, jangan kau siksa dia, dan aku akan membelinya.”

Umayah dengan sombongnya berkata : “Berapa engkau sanggup bayar?”.

Abu Bakar berkata : “aku akan membelinya berapa saja yang kamu pinta.”

Umayah kemudian berunding dengan Abu Jahal dan berkata :”setengah kilogram uang emas.”.

Tanpa menawar lagi Abu bakar segera membayar tebusan tersebut. Segera dia mendapatkan Bilal dan menyingkirkan batu bersama beberapa orang kemudian membawa pulang ke rumah Muhammad dan memerdekakannya.

Setiap mendengar kaum muslimin yang disiksa oleh tuannya, maka Abu Bakar segera menjumpai tuan hamba sahaya yang mukmin itu dan segera menebusnya dengan beberapa saja dan segera membebaskan mereka. Begitulah kesiapan pengorbanan Abu Bakar selama di Makkah, membela dan membantu orang Islam dari penderitaan dan tekanan hidup.

Sewaktu kaum muslimin diboikot di Bani Saqifah, Abu Bakar juga telah menghabiskan harta kekayaannya untuk membantu kaum muslimin yang kelaparan. Sewaktu berhijrah menemani Nabi Muahammad ke Madinah, Abu Bakar juga membawa persiapan uang sebanyak 6000 dinar untuk membantu perjuangan Nabi. Malahan beliau sangat gembira sebab terpilih sebagai orang yang ikut bersama Nabi, dan beliau sudah siap membela dari segala rintangan musuh. Setelah sampai di Madinah, beliau adalah sahabat yang paling banyak membantu secara materi dalam peperangan, disamping juga maju di garis depan dalam medan pertempuran.

Pernah dalam suatu pertempuran, Abu Bakar mendermakan uangnya sebanyak 40.000 dinar secara terang-terangan dan 40.000 dinar lagi secara sembunyi-sembunyi, sehingga beliau tidak memiliki apa-apa dirumahnya, sebab semua hartanya telah diberikannya untuk membantu perjuangan Islam.

Dengan pengorbanan para ssahabat itulah maka umat Islam pada zaman Rasulullah mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Demikian juga di waktu kejayaan Islam di Andalusia, dan Baghdad zaman Abasiyah, umat Islam dapat mencapai kemenangan sebab mereka memberikan pengorbanan harta untuk keilmuan dan riset, perpustakaan dan universitas daripada bangsa yang lain. Jika sekarang umat Islam ingin mengembalikan kegemilangan dan kejayaan, maka syarat utama perhatian, kecintaan dan pengorbanan umat Islam harus lebih dari bangsa lain.

Dalam Al Quran ada tiga bentuk infaq atau sumbangan pengorbanan. Pertama, adalah sumbangan untuk membantu mereka yang memerlukan seperti faqir miskin, anak yatim dan lain sebagainya. Kedua, adalah pengorbanan untuk jihad dan teknologi persenjataan. Ketiga, adalah pengorbanan untuk perjuangan menjadi pemimpin dan penguasa, khalifah dimuka bumi.

Sayang selama ini kita jangankan pengorbanan untuk khalifah, dan jihad, untuk ekonomi umat saja masih kalah dengan umat lain, bagaimana mungkin kita dapat mencapai kemenangan…? Apalagi dalam membangun teknologi persenjataan dan infrastruktur kekhalifahan.

Negara-negara barat menguasai sains dan teknologi hari ini, sebab kecintaan dan pengorbanan mereka terhadap sains dan teknologi melebihi bangsa yang lain. Lihat saja perbandingannya, Negara Islam memiliki 230 saintis bagi setiap satu juta orang, Amerika memiliki 5000 saintis persatu juta orang. 57 negara Islam anggota OKI hanya memiliki 5000 universitas, sedangkan Amerika memiliki 5758 universitas. Malahan menurut riset tahun 2008, tidak ada satupun universitas negeri Islam yang masuk dalam 500 terbaik dunia.

Padahal sunatullah menyatakan siapa yang lebih cinta dan banyak memberikan pengorbanan kepada sesuatu maka dia akan mendapatkannya. Jika para sahabat telah memberikan pengorbanan untuk kemenangan Islam, jika orang kaya Andalusia memberikan pengorbanan untuk kekhalifahan ilmu pengetahuan, apakah pengorbanan kita untuk umat Islam hari ini…?

Fa’tabiru ya Ulil Albab

Sumber : M. ARIFIN ISMAIL.MA.M.Phil

facebook Tags: Share on Facebook

Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar