Kamis, 15 Oktober 2009

Menghadapi Musibah

“Tiada suatu bencana yang terjadi di bumi atau pada dirimu sendiri, melainkan itu ada dalam Kitab sejak sebelum Kami laksanakan kejadian tersebut.” (QS. Al-Hadid : 22)

Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu’alaiwasallam bersabda :

“Ingatlah bahwa ada 5 perkara yang aku khawatirkan akan kalian temukan pada suatu saat nanti :

  1. Apabila kemaksiatan telah dilakukan secara teruka dalam suatu masyarakat sehingga mereka melakukan iklan dan promosi dengnan kemaksiatan tersebut, maka itu akan terjadinya wabah penyakit menular yang belum pernah ada pada masyarakat sebelum mereka.
  2. Apabila masyarakat telah sering melakukan pengurangan dan penipuan dalam menimbang barang, maka mereka akan ditimpa oleh kemiskinan, dan akan diperintah oleh penguasa yang kejam.
  3. Jika masyarakat tidak mau mengeluarkan zakat dari harta kekayaan mereka, maka mereka akan ditimpa oleh bencana musim kemarau.
  4. Apabila masyarakat sudah sering mengkhianati janji, maka mereka akan dikuasai oleh musuh-musuh mereka yang akan merampas segala kekayaan yang mereka miliki.
  5. Dan jika para pemimpin mereka tidak melakukan tindakan yang sesuai dengan Kita Allah SWT, maka bencana akan turun kepada mereka.”

(Hadist riwayat Abu Nu’aim, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al Hakim)


Dalam hadist lain Rasulullah Shalallahu’alaiwasallam juga bersabda :

”Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu masyarakat, maka Dia akan menjadikan orang yang baik sebagai pemimpin masyarakat tersebut, tetapi jika Allah berkehendak menjadikan kejelekan bagi suatu masyarakat, maka mereka akan dipimpin oleh orang yang bodoh, dan kekayaan mereka berada di tangan orang-orang kaya yang bakhil.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Ja’far bin Burqan ketika daerah kawasan yang dibawah kekuasaan Ja’far tersebut berada dalam krisis kemarau panjang. Surat itu berbunyi : ”Maka sesungguhnya musim kemarau itu adalah akibat dari kemurkaan Allah SWT terhadap hamba-Nya. Oleh karena itu aku telah perintahkan kepada seluruh gubernur di seluruh daerah kekuasaanku bahwa pada hari yang telah ditentukan nanti agar mengajak seluruh masyarakat, khususnya bagi mereka yang mempunyai harta kekayaan segera bersedekah dan memberi bantuan kepada fakir miskin. Masyarakat juga dianjurkan untuk segera memohon ampun kepada Allah SWT dan berdo’a dengan lafadz doa yang pernah dibaca oleh Nabi Adam :

Rabbanaa dzalamnaa Anfusanaa wa inlam taghfirlanaa watarhamnaa lanakuunanna minal khasirin... dan juga membaca lafadz do’a yang pernah dibaca oleh Nabi Nuh sewaktu terjadi banjir besar ”Wa illa taghfirlii watarhamnii akun minal khasiriin” (QS. Hud : 47) dan lafadz doa nabi Yunus sewaktu berada di dalam perut ikan : Laa illaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minal dhaziliin” (QS. Anbiya : 87)

Seorang muslim yang beriman harus yakin bahwa setiap musibah merupakan takdir dari Allah, ”Tiada suatu bencana yang terjadi di bumi atau pada diri kamu sendiri, melainkan ittu aa dalam Kitab sejak sebelum Kami laksanakan kejadian tersebut. Sesungguhnya hal yang demikian ini sangatlah mudah bagi Allah.” (QS. Al Halid : 22)

Kita juga yakin bahwa segala yang terjadi itu adalah yang terbaik bagi kita menurut Allah (bukan menurut perasaan kita) walaupun kadang-kadang hal tersebut tidak kita inginkan.

”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216)

Dari ayat ini sangat jelas bahwa ukuran sesuatu baik atau buruk adalah dari Allah bukan dari perasaan kita, karena Allah yang lebih mengetahui segala sesuatu, sedangkan kita hanya bisa menerka dan mengira-ngira saja.

Suatu bencana atau kesulitan hidup boleh jadi disebabkan oleh perbuatan maksiat dan keingkaran kepada Tuhan yang selalu kita lakukan, maka untuk menyadarkan atau untuk menghapuskan dosa-dosa kita tersebut, sehingga dengan keadaan itu kita akan lebih banyak bersabar dan mengingat-Nya. Dalam sebuah hadist disebutkan : ”Perumpamaan orang beriman yang ditimpa oleh suatu macam cobaan adalah bagaikan besi yang dimasukkan ke dalam api, lalu hilang karatnya sehingga tinggal besi yang asli dan baik.”

Dari hadist ini kita dapatkan bahwa besi yang dibakar adalah besi yang berkarat. Jika kita melihat kondisi masyarakat muslim yang ditimpa bencana, rata-rata merupakan masyarakat yang banyak berbuat kemungkaran dan kemaksiatan sewaktu mereka berada dalam kemakmuran dan kekayaan. Sebagai contoh, Libanon sebelum perang adalah daerah pariwisata Timur Tengah, yang terkenal dengan segala bentuk kemungkaran dan kemaksiatan. Bosnia sebelum perang juga dikenal dengan daerah pelesiran Eropa Timur, demikian juga kota Kabul sebelum perang terkenal sebagai Hollywoodnya Asia Selatan. Pada waktu menerima kemakmuran dan kesenangan hidup, mereka banyak lupa kepada Tuhan, maka Allah memberikan peringatan agar mereka sadar dan sabar, sehingga bencana tersebut dapat menhapuskan karat-karat dari masyarakat.

”Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan oleh dosa-dosa mereka.” (QS. Al Maidah : 49)

Kita yakin bahwa segala musibah dan bencana adalah ujian dan cobaan. ” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan kekurangan buah-buahan.Dan berikanlah berita gembira bagi mereka yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ”Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.” Mereka itulah yang akan mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah : 155-157)

Imam Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Rasul SAW pernah bersabda : ”Pahala sabar itu ada tiga”

Pertama, sabar terhadap musibah, yakni sabar dan tidak merasa marah terhadap musibah yang menimpa, sebaliknya dia menerima musibah dengan sikap yang baik, maka Allah akan mengangkat baginya 300 derajat, yakni derajat yang tertinggi di syurga dan setiap satu derajat bagaikan antara langit dan bumi.

Kedua, siapa yang bersabar dalam keta’atan yakni mengerjakan taat dan menanggung kesukaran dalam melaksanakan keta’atan, maka Allah akan mencatatkan baginya 600 derajat, dan setiap satu derajat sama dengan luas permukaan bumi yang diatas sampai pada lapis bumi dibawah.

Ketiga, siapa yang bersabar dari kemaksiatan, yakni meninggalkan kemaksiatan karena Allah, maka Allah akan mencatat baginya 900 derajat, dimana setiap satu derajat bagaikan jarak permukaan bumi sampai ke Arsy. Dan dia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya dua kali ganda, karena sabar dengan segala yang diharamkan adalah martabat yang paling tinggi.

Kesempatan Menolong

Dalam kitab ”Majmul zawaid wa manba’ul fawaid” dinyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu’alaiwasallam telah bersabda :

”Siapa yang berjalan untuk membantu keperluan kawannya sesama muslim maka Allah akan menuliskan satu kebaikan dari tiap langkah kakinya sampai dia pulang menolong hambanya tersebut. Jika dia telah dapat menolong kawannya tersebut maka dia akan keluar dari segala dosa-dosanya bagaikan hari dilahirkan ibunya, dan jika dia ditimpa kecelakaan (samapi meninggal dunia) maka dia akan dimasukkan ke dalam surga tanpa dihisab.” (Hadist riwayat Abu Ya’ala)

Dalam hadist lain juga disebut :

”Siapa yang berjalan menolong saudaranya sesama muslim maka Allah akan menuliskan 70 kebaikan dari setiap langkah yang dikerjakannya.” (HR Thabrani)

”Siapa yang bersikap ramah kepada sesama mukmin dan meringankan keperluan hidupnya baik sedikit maupun banyak maka kewajiban bagi Allah untuk melayaninya (si penolong tersebut) dengan pelayanan surga.” (HR Thabrani)

Demikian beberapa sikap dalam menghadapi musibah. Kita yakin bahwa segala sesuatu itu merupakan takdir Ilahi. Kita juga yakin bahwa musibah itu akibat dosa yang sudah merajalela dan kita juga yakin bahwa musibah untuk memberikan pahala sabar kepada mereka yang terkena musibah, dan pahala menolong bagi mereka yang tidak terkena musibah, sehingga musibah merupakan ujian keimanan bagi sesama manusia.

Semoga iman kita tidak hilang disebabkan musibah.

Sumber : M. ARIFIN ISMAIL, MA.M.Phil

Facebook Tags:
del.icio.us Tags:
Technorati Tags:


Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar