Senin, 15 Juni 2009

Pemimpin Adil & Zuhud

 

“Jika engkau memutuskan perkara mereka, maka putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (QS. Al-Maidah/5 : 42)

         Islam telah memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia secara individu, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Al-Ghazali melukiskan hubungan antara berikut :

“Sultan (kekuasaan politik) adalah wajib untuk ketertiban dunia; ketertiban dunia wajib bagi ketertiban agama; ketertiban agama wajib bagi keberhasilan di akhirat”.

         Dalam pandangan Ibn Taimiyyah, kekuasaan tanpa negara yang bersifat memaksa, agama akan berada dalam kondisi bahaya, dan tanpa adanya agama, negara pasti menjadi tirani. kekuasaan tanpa agama, atau agama tanpa kekuasaan, akan merusak kondisi dan tatanan hidup manusia.

         Dalam Al-Quran, ada prinsip-prinsip penting yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memilih pemimpin. Ada pula beberapa hadist yang mengisyaratkan pentingnya pembentukan kepemimpinan atau pemerintahan, antara lain sabda Rasulullah yang mengatakan :

“Bila tiga orang melakukan perjalanan, maka hendaknya mereka mengangkat salah seorang menjadi pemimpin”. (H.R. Abu Dawud)”.

        Sekecil apapun jumlah komunitas manusia, maka disana harus ada kepemimpinan yang berkuasa atas mereka, supaya komunitas tersebut dapat hidup teratur sesuai dengan aturan-aturan yang telah mereka sepakati.

        Ibnu Taimiyyah menjelaskan betapa kekuasaan itu penting, dan oleh karenanya harus diupayakan agar proses mendapatkannya dilakukan secara benar. Dijelaskan bahwa ada beberapa perintah agama yang tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya pemimpin yang baik. Perintah-perintah seperti mengumpulkan dan membagikan zakat, mengadili tindak kejahatan, menerapkan perintah jihad, dan lain-lain tidak akan efektif tanpa adanya kekuatan dari penguasa politik yang baik. Banyak sekali perintah agama yang hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kekuasaan pemimpin yang baik.

        Allah membenarkan menggunakan kekuatan demi tegaknya keadilan :

“Dan kami ciptakan besi yang mempunyai kekuatan yang hebat dan berbagai menfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan Rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al-Hadid/57 : 25)

        Dalam suata negara, kekuatan itu dimiliki oleh pemimpin negara dengan dukungan Ahl Al-Syawkah (kelompok yang mempunyai kekuatan, para wakil rakyat). Mereka orang yang paling bertanggung jawab bagi terwujudnya keadilan di dalam kekuasaan mereka. Namun karena negara adalah keseluruhan kerjasama antara penduduknya, maka tegaknya keadilan itu menjadi tanggung jawab bersama.

        Dijelaskan oleh Ibn Taimiyyah bahwa manusia itu mempunyai kecenderungan untuk berlaku zhalim kepada orang lain dengan bersikap sombong, dengki, dan merampas haknya. manusia juga mempunyai kecenderungan untuk berlaku zhalim kepada dirinya sendiri dengan cara mengumbar hawa nafsu untuk melakukan hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, Islam mewajibkan umatnya untuk memerintah secara baik dan melarang yang munkar, serta melakukan jihad agar keadilan bisa terwujud. (Ibn Taimiyyah, al-Hisbah, h. 82-83).

        Mengaharapkan tegaknya keadilan tanpa kekuatan adalah khayalan yang tidak berarti. Kesewenang-wenangan harus ditumpas melalui kekuatan jihad sesuai dengan kemampuan. Rasulullah bersabda :

“Siapa yang melihat kemungkaran dan sanggup merubahnya dengan kekuatan tangannya, maka hendaknya dia merubahnya dengan (kekuatan) tangannya. Bila tidak mampu, maka merubahnya dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan halnya itu merupakan iman yang paling lemah”. (H.R. Abu Dawud)

“Al-Yadd” (tangan) adalah kekuatan yang menumpas kemungkaran, dan dalam kontek maka untuk menegakkan keadilan itu diperlukan penguasa adil lagi mempunyai kekuatan untuk menegakkan agama, memberikan hak-hak kepada pemiliknya, dan menindak setiap orang yang melanggar.

Ibnu Taimiyyah berkata :

“Bila seorang pemimpin bersungguh-sungguh memperbaiki rakyatnya dalam urusan agama dan dunia sesuai kemampuan, maka dia adalah orang yang paling utama untuk zamannya, dan menjadi salah satu pejuang utama di jalan Allah”.

        Lagipula dikatakan bahwa ada hadist dari Ibnu Abbas diriwiyatkan Thabrani menyatakan :

“Yaum min imam ‘adil afdhal min ‘ibadah sittin sanah, “Sehari bersama seorang imam (pemimpin) yang adil, lebih utama daripada beribadah selama 60 tahun”. (Targhib wat Tarhib, jilid 3, hal.102)

        Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan, Nabi SAW bersabda :

 “Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan yang paling dekat kedudukannya kepada-Nya adalah seorang pemimpin yang adil, dan orang yang paling dibenci Allah pada hari kiamat dan yang paling pedih siksanya adalah seorang pemimpin tiran”.

        Pemimpin yang adil akan diuji dengan sikapnya terhadap harta. Jika seorang pemimpin dapat bersikap zuhud, tidak tergiur oleh harta, barulah dia dapat menjadi pemimpin yang adil. Akan tetapi jika pemimpin tersebut masih termasuk orang yang cinta harta, apalagi rakus dengan harta, maka sangatlah sukar bagi seorang pemimpin untuk bersikap adil.

Pepatah Arab mengatakan : “Shalatu aadah, was saumu jaladah, fakhtabirunnasa bil mal”. Orang sholat itu biasa, orang berpuasa juga hanya sebuah sifat mulia, tetapi jika ingin menguji keimanan sesorang, ujilah orang itu dengan harta benda”.

        Pada suatu hari Khalifah Umar bin khattab sedang menangis terisak-isak. Tiba-tiba datanglah Abdurrahman bin Auf bertanya :”Wahai khalifah Umar, apa yang membuatmu menangis? khalifah Umar berkata : Wahai Abdurrahman bin Auf, lihatlah ke kamar itu (sambil menunjuk sebuah kamar), itu yang menyebabkan aku menangis”. Abdurrahman melihat ke dalam kamar ternyata di dalamnya penuh dengan tumpukan emas. Abdurrahman bertanya : Mengapa engkau  menangis…? Umar menjawab : “Ini musibah bagiku, sebab aku diuji Allah dengan datangnya emas yang banyak ini. Tolonglah engkau bagikan semua emas itu kepada rakyat yang memerlukan, sehingga tidak ada tersisa sedikitpun, dan kepemimpinan ku lulus dari ujian harta kekayaan ini”.

        Sejarah Islam sudah banyak menceritakan sosok-sosok pemimpin yang adil dan zuhud sejak dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw, dilanjutkan oleh kepemimpinan khulafa’urrasyiddin, dilanjutkan pemimpin yang adil dari bani Umayyah seperti khalifah Umar bin Abdul Aziz, dan juga dari Bani Abbasiah seperti khalifah Harun Rasyid.

        Demikian juga kepemimpinan dinasti Ayubiyah seperti Nuruddin Zinki, dengan panglima perangnya Salahuddin al Ayyubi, sampai kepada kepemimpinan Sultan Abdul Hamid dari dinasti Usmaniyah.

        Dalam sejarah nusantara kita mendengar Sultan Iskandar Muda yang sangat adil memerintah kerajaan Aceh, sehingga dapat menegakkan keadilan walaupun dengan menghukum anaknya, putera mahkota kerajaan. Pada zaman kemerdekaan, kita melihat bagaimana seorang perdana menteri Muhammad Natsir tetap hidup dengan kesederhanaan, walaupun jabatan menteri berkali-kali disandangnya. Akhir-akhir ini kita masih melihat ada sosok pemimpin yang adil dan zuhud seperti presiden Iran, yang tetap tidur diatas karpet, dan memberikan permadani istana untuk masjid. Pada waktu perkawinan anaknya, para tetamu cukup disuguhi dengan roti, buah jeruk dan air putih. Demikian juga Menteri Besar negeri Kelantan di Malaysia, walaupun sudah menduduki kursi gubernur selama lima belas tahun, dan menjadi anggota dewan selama dua puluh lima tahun, dia tetap tinggal di rumahnya yang berdinding papan. Gambaran sosok pemimpin yang adil dan zuhud telah banyak dalam sejarah Islam. Sejarah juga membuktikan bahwa hanya pemimpin yang adil dan zuhud saja yang dapat memimpin masyarakatnya dengan penuh keadilan.

        Siapakah yang akan memimpin bangsa kita ini…? Semuanya tergantung bagaimana masyarakat mencari sosok pemimpin yang diidam-idamkannya, sebagaimana kata pepatah Arab yang berbunyi :

“Sayyidul Qaumi, mir’aatu qaumihi”. Pemimpin suatu kaum adalah cermin (refleksi) dari keadaan masyarakatnya.

Fa’tabiru ya Ulil albab

 

Sumber : M. Arifin Ismail M.A.M.Phil

Diedit oleh : Agus Wahyudi


Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar