Minggu, 21 Juni 2009

Tanda Beriman

“ Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayinah : 8)

Ibnu Abas menceritakan bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat dari kaum Anshar :

”Siapakah kamu ini ?

Mereka menjawab :”kami ini semua adalah orang yang beriman”.

Kemudian nabi bertanya lagi : “Apakah tandanya jika kalian ini semua orang yang beriman?”

Semua sahabat Anshar tadi menjawab : “kami ini semua selalu bersyukur dengan nikmat yang didapat, juga selalu bersabar dengan segala musibah yang diterima, dan hati kami ridha menerima segala takdir dan ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan atas keadaan diri kami”.

Rasulullah SAW menjawab : “Demi Tuhan yang memiliki Ka’bah, kamu ini semua benar-benar telah beriman”. (Hadist Riwayat Thabrani)

Dari hadist diatas dapat dilihat bahwa tanda seorang itu beriman bukan hanya dengan melakukan ibadah-ibadah ritual, tetapi tanda beriman adalah bagaimana bersikap dalam menerima sesuatu. Jika dia menerima nikmat, maka orang beriman akan bersyukur dengan mempergunakan nikmat dengna sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah, dan jika seseorang yang menerima nikmat, tetapi malah memakai nikmat tersebut untuk sesuatu yang tidak berguna, seperti menghambur-hamburkan uang kemana dia suka, tanpa pernah memikirkan orang lain, berarti orang tersebut bukanlah orang yang benar-benar beriman, walaupun dia melakukan zikir, shalat, umrah dan lain sebagainya. Apalagi jika dia memakai harta kekayaannya untuk kemaksiatan atau dosa maka mereka itu bukanlah orang yang benar-benar beriman.

“berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab [1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml : 40)

[1097] Al kitab di sini Maksudnya: ialah kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.

Bagi orang beriman, jika kemenangan dan kenikmatan yang didapat menjadi penyebab bertambahnya dosa korupsi dan kesempatan memperkaya diri berarti kemenangan pemilu bukan kenikmatan, tetapi merupakan “istidraj”, tangga menuju kehancuran dan siksaan, sebagaimana di terangkan dalam kitab suci Al-Quran :

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”

Seorang yang beriman yakin bahwa mendapat musibah, kegagalan, dan kekalahan terdapat kebaikan, seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran :

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa [278] dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata [279]. dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

[278] Ayat ini tidak menunjukkan bahwa mewariskan wanita tidak dengan jalan paksa dibolehkan. menurut adat sebahagian Arab Jahiliyah apabila seorang meninggal dunia, Maka anaknya yang tertua atau anggota keluarganya yang lain mewarisi janda itu. janda tersebut boleh dikawini sendiri atau dikawinkan dengan orang lain yang maharnya diambil oleh pewaris atau tidak dibolehkan kawin lagi.

[279] Maksudnya: berzina atau membangkang perintah.

Semoga mereka yang menang dapat membuktikan kesyukuran mereka dengan memberikan kebaikan dan pelayanan kepada rakyat, sesuai dengan amanah yang diberikan keatas mereka.

Tanda kedua orang beriman adalah sabar dalam menghadapi musibah dan cobaan,, sebab segala sesuatu datangnya dari Allah Ta’ala. Orang beriman yakin dan percaya bahwa dibalik musibah terdapat rahasia kehidupannya. Sehingga musibah itu bukanlah suatu bencana tapi sesuatu yang telah Allah tetapkan bagi kebaikan dirinya sendiri. Inilah tanda orang beriman dalam menghadapi musibah.

Dalam Al-Quran dinyatakan :

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 216)

Bagi mereka yang kalah di dalam pilihan umum, janganlah bersikap sedih, stress, apalagi sampai bunuh diri, sebab menurut Allah kekalahan tersebut lebih baik daripada dia mendapat kemenangan. Bayangkan jika seandainya menang, mungkin dengan kemenangan itu dia akan terlibat dengan penyalahgunaan kekuasaan, korupsi dan lain sebagainya, maka untuk kondisi seperti itu lebih baik kalah, walaupun sudah menghabiskan uang berjuta-juta, daripada menang tetapi nanti akibat serakah maka masuk penjara, tambah lagi siksaan di dalam neraka. Jadi biasa saja kekalahan seorang caleg merupakan penyelamatan dirinya dari masuk ke dalam dosa akibat tidak dapat menjalankan amanah yang diberikan kepadanya.

Tanda ketiga orang yang beriman adalah ridha dengan keputusan Tuhan. Ridha berarti menerima keputusan, kalah atau menang dengan hati lapang. Jika mendapat kemenangan maka siap untuk menjalankan tugas sebagai tanda kesyukuran kepada Tuhan, dan jika dinyatakan kalah, maka terima dengan hati yang lapang, dan merasa itu lebih baik dari ada menang. Seorang ulama tasauf, Ibnu Athaillah Sakandari menyatakan :

“Keridhaan adalah mengarahkan perhatian hati kepada ketentuan Tuhan bagi si hamba dan meninggalkan ketidaksenangan.”

Bagi orang yang beriman, kalah dan menang baginya sama saja, dua-duanya merupakan ujian Allah. Menang berarti Allah menguji dia apakah dia bersyukur dan dapat menjalankan amanah dengna baik sedangkan kalau kalah, berarti Allah menguji kesabarannya, dan memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menilai diri terhadap hidupnya selama ini, dan dengan penilaian tersebut dia dapat meningkatkan amal saleh, pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat, Itulah sebabnya Umar bin Khattab berkata :

“Saya tidak perduli apakah hari ini saya mendapat nikmat atau mendapat musibah.” Mengapa demikian…? Karena bagi Umar, nikmat atau musibah sama-sama ujian dari Allah. Jika dengna nikmat dia dapat bersyukur, maka dia lulus ujian, dan jika dengan musibah dia dapat bersabar, berarti dia lulus ujian.

Oleh sebab itu, pernah suatu hari Khalifah Umar bin Khattab menulis surat kepada gubernur Abu Musa al Asyari :

“segala kebaikan terletak di dalam keridhaan. Maka jika engkau mampu, jadilah orang yang ridha, dan jika engkau tidak mampu, maka jadilah orang yang sabar.”

Bagi caleg yang beriman, kemenengan atau kekalahan sama saja baginya, kalau menang merupakan kesempatan beramal untuk rakyat, dan kalau kalah berarti selamat dari perangkap bencana di dalam dewan, sebab keridhaan kita terhadap ketentuan dan taqdir Allah merupakan kunci untuk mendapat keridhaan Tuhan seperti dinyatakan dalam Al-Quran :

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”

Semoga kita, khususnya para caleg, dapat bersyukur dengan kemengan, bersabar dengan kekalahan dan ridha dengan semua keputusan Allah.

Fa’tabiru Ya Ulil Albab

 

Sumber : M.Arifin Ismail MA.M.Phill

Diedit Oleh : Agus Wahyudi


Share This Article


Tidak ada komentar:

Posting Komentar